Kamis, 26 Januari 2017

Imlek Tahun Ini, Hasyim Blak-blakan Mau Jadi Wali Kota

Imlek Tahun Ini, Hasyim Blak-blakan Mau Jadi Wali Kota


Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDIP Medan yang juga Ketua Fraksi PDIP DPRD Medan, Hasyim alias Huang Kien Lim menceritakan, bahwa di dalam keluarga besarnya telah mengalir darah politik.
Ia menyebutkan adik kandung bapaknya merupakan tokoh politik era Soekarno.
"Sejak 2009 saya sudah anggota DPRD Medan. Keluarga saya memang sudah ada darah politik. Adik bapak saya adalah tokoh politik di era Soekarno," jelas Hasyim kepada Tribun-medan.com, Kamis (26/1/2017).

Ia tak menampik bahwa berkeinginan menjadi wali kota di kemudian hari. Apalagi setelah mendapat persetujuan PDIP.

"Kalau ada dukungan dan perintah partai saya siap untuk Medan satu. Ini bentuk pengabdian. Bukan cari uang karena saya punya usaha," sambungnya.
Merayakan Imlek tahun ini, Hasyim akan berkunjung ke rumah kedua orangtuanya di Jalan Meranti, Medan.
Selain keluarganya, keluarga dari empat saudara kandungnya dari berbagai daerah juga turut hadir.

Terpisah dari Pacarnya saat Hanyut, Jenazah Felansia Ditemukan di Tambak

Terpisah dari Pacarnya saat Hanyut, Jenazah Felansia Ditemukan di Tambak



asad Felansia Indriani (21) warga Desa Kalitelo, Kecamatan Donomulyo, Pasuruan akhirnya ditemukan, Kamis (26/1/2017) sekitar pukul 14.00.
Ia hilang selama dua hari pasca-tersapu air bah saat melintas di Desa Tamanan Oro-oro Rombo Kulon, Kecamatan Rembang, Pasuruan, Selasa (24/12/2017) petang, bersama kekasihnya Wahyudi (25) warga Klayatan, Kecamatan Sukun, Malang.
Informasi yang dihimpun, korban ditemukan di tambak Pulau Sempuh, dekat muara laut, Desa Tambakan, Kecamatan Bangil, Pasuruan.
Mayat ditemukan dalam kondisi tengkurap dan sebagian pakaiannya sudah hilang ditelan arus sungai.
Hingga berita ini ditulis, korban sudah dievakuasi dan dibawa ke rumah sakit.
Saat ini, proses identifikasi masih berlangsung. Namun, secara ciri-ciri, sangat mirip dengan korban yang hilang itu sekitar 90 persen.
Mulai dari pakaian, tinggi , berat badan, dan barang-barang lainnya.
"Ini untuk memastikan. apakah itu korban yang dicari atau bukan. Tapi memang sudah positif kalau itu Felansia dan sekarang sedang proses dipulangkan ke Malang," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bhakti Jati Permana.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, Selasa (24/1/2017) , Wahyudi (25) warga Klayatan, Kecamatan Sukun, Malang dan kekasihnya Felansia Indriani (21) warga Desa Kalitelo, Kecamatan Donomulyo, Malang pergi ke Lumajang.

Mereka berdua ke Lumajang itu untuk pergi ke rumah dosen Felansia di sebuah akademi perawat di Pandaan yang tinggal di Lumajang.

Sabtu, 14 Januari 2017

Sebelum Bunuh Diri Dipohon Bayur Ramiadi Tinggalkan Pesan



I Ketut Ramiadi (22), warga Banjar Glogor, Desa Pikat, Dawan Klungkung, Bali, Jumat (13/1/2017) ditemukan meninggal dunia dalam kondisi tergantung di pohon bayur.
Ia tergantung di ketinggian sekitar 10 meter lebih. Pohon Bayur tersebut tumbuh di pekarangan rumahnya.

Jenazah I Ketut Ramiadi ditemukan dalam kondisi sudah membiru dan sudah mengeluarkan bau tidak sedap. I Ketut Ramiadi ditemukan oleh ibu kandungnya, Nengah Suri (50) ketika sedang maturan (menghaturkan sesajen) sekitar pukul 12.00 Wita. Petugas kepolisian langsung melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) sesaat setelah penemuan jenazah I Ketut Ramiadi (22), di Klungkung, Bali, Jumat (13/1/2017).

Petugas kepolisian yang sempat memeriksa kamar korban, menemukan buku yang tertuliskan beberapa bait kalimat. Polisi pun menduga kuat, tulisan tersebut dibuat Ramiadi sebelum memutuskan untuk mengakhiri hidup dengan cara gantung diri di Pohon Bayur.

Dalam buku tersebut, tertulis kalimat “Maafkan aku warga desa glogor, keluarga, dan sahabat”.

"Buku ini kami temukan tepat di atas tempat tidur dari korban," kata seorang petugas kepolisian yang ketika itu tengah menyisir TKP.

Apresiasi Pasukan Oranye, Giring "Nidji" Ikut Bersihkan Sampah dan Kali

Apresiasi Pasukan Oranye, Giring


Giring Ganesha, vokalis grup band Nidji, sempat merasakan sulitnya menjadi seorang petugas penanganan prasarana dan sarana umum (PPSU) atau yang dikenal dengan pasukan "oranye".

Hal itu terlihat dari sejumlah unggahan foto Giring yang diunggah di media sosial Facebook dan Instagram milik Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Jumat (13/1/2017).
Dalam akun tersebut tertulis caption:

Sosok musisi "Giring Nidji" mengapresiasi kerja nyata dari #PasukanOrangeDLH
Serta turun langsung dalam kegiatan dilapangan bersama Pasukan Orange di Kesatuan Pelaksana Lingkungan Hidup Kec. Kelapa Gading. Selain dasar perilaku mau melakukan, semoga ini menjadi sumber inspirasi pentingnya menjaga kebersihan dilingkungan.

Terimakasih atas apresiasi yang sudah diberikan kepada kami #PasukanOrangeDLH
Foto : Amalia Gading Dalam unggahan itu, empat foto memperlihatkan Giring lengkap mengenakan seragam, sarung tangan, sepatu boot layaknya petugas PPSU.

Giring tampak tengah menjajal sejumlah peralatan PPSU seperti perahu apung hingga mobil pick up sampah. Giring juga terlihat memungut sampah dari kali menggunakan perahu apung, bahkan dia sempat mencoba membersihkan sampah di kali. Kegiatan itu dilakukan bersama petugas PPSU dari Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Isnawa Adji menjelaskan, apa yang dilakukan Giring sebagai apresiasinya terhadap kinerja dari pekerja harian lepas (PHl) Badan Air DLH DKI Jakarta.

Isnawa mengapresiasi tindakan Giring yang ingin memberikan pesan moral kepada warga Jakarta untuk menjaga kebersihan Jakarta.

"Mereka (Giring) apresiasi kepada petugas yang sudah bisa mengubah tampilan kali, sungai Jakarta. Mungkin memberikan pesan moral kepada siapapun juga untuk menjaga kebersihan kota," ujar Isnawa.

Tanggal Kematian dan Hari Jadian Serupa, Curhat Kekasih





Nama Amirulloh Adityas Putra, pelajar taruna tingkat satu STIP tiba-tiba mencuat di berbagai media. Pelajar yang baru berusia 18 tahun ini harus meregang nyawa karena dianiaya oleh empat orang seniornya di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Kementerian Perhubungan (Kemenhub).. Diketahui taruna bernama Amirulloh Adityas Putra mendapat tindak kekerasan di Lantai II Gedung Dormitory Ring 4 Kamar M205 Jalan Marunda Makmur, Cilincing, Jakarta Utara, Selasa (10/1/2017) malam.

Tewasnya Amir menyisakan duka mendalam bagi keluarga besarnya.
Sang kekasih dari Amirulloh, Amirah Islamie yang dipacarinya sejak duduk di bangku SMA juga tak kalah berduka. Diketahui hubungan Amirullah dan Amir sudah berjalan selama 3 tahun. Foto kebersamaan keduanya masih tersimpan baik di galeri Amirah.
Amirah juga mengungkapkan, kepergian kekasihnya itu bertepatan dengan tanggal jadian mereka Begini postingan dari Amirah pada 12 Januari 2017.
"Tgl 10maret mir kamu bilang "mi jadian yuk"..

Rabu, 11 Januari 2017

Ketum PBNU: Habib atau Bukan, Sama di Mata Hukum





Rizieq Shihab dilaporkan ke pihak kepolisian atas beberapa kasus yang menjeratnya. Kepolisian juga masih menunggu kedatangan Habib Rizieq untuk memberikan keterangan.

Ketua Umum PBNU Saiq Aqil Siradj mengatakan, untuk urusan hukum siapa pun orangnya akan sama statusnya. Bahkan, seorang habib sekali pun akan sama di hadapan hukum.

"Urusannya polisi di depan hukum, habib atau bukan habib sama saja," ujar Aqil di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (11/1/2017).

Habib Rizieq memang sedang tersandung beberapa kasus. Sedikitnya ada tiga laporan yang menunggu kedatangan Rizieq guna diambil keterangannya. Pertama soal dugaan penghinaan terhadap Pancasila, kedua dugaan penistaan agama, dan terkait pernyataan soal lambang palu arit di uang kertas rupiah.

Bagi Aqil, semua ulama sudah sepatutnya mencontoh Nabi Muhammad SAW dalam hal berdakwah. Begitu juga dalam kehidupan sehari-hari. Sudah jelas, Rasulullah tidak pernah berdakwah dengan cara marah-marah.

"Saya mengajak semua mari kita teladani Rasullullah. Rasulullah Nabi Muhammad enggak pernah ceramah marah-marah, enggak pernah. Baca sejarah. Apalagi habib, keturunannya. Saya yang bukan keturunannya, yang Jawa asli saja, enggak pernah marah," pungkas Aqil.

Penampakan Asrama STIP Tempat Penganiayaan Taruna Oleh Seniornya






Seorang Taruna Sekolan Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP), Amirullah Adityas Putra (19), tewas setelah menjadi korban penganiayaan lima seniornya. Mirisnya penganiayaan terjadi di dalam lingkungan asrama yang merupakan lingkungan pendidikan.

Penganiayaan terjadi di Gedung Dormitory ring 4, kamar M205 lantai 2, Jalan Marunda Makmur, Kelurahan Marunda, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara.

Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Perhubungan, Wahju Satrio Utomo, mengatakan, bahwa barak yang menampung para taruna tingkatan dibuat terpisah.

"Jadi mereka enggak bisa nyeberang pagar," kata Wahju di STIP Jakarta, Rabu (11/1/2016).

Pagar tersebut tinggi tegak berdiri. Belum lagi kawat baja yang melilit di bagian atas pagar yang menyulitkan siapa pun untuk melewatinya. Guna mengontrol hal-hal yang tidak diinginkan, seperti menyeberang barak, STIP memasang kamera pengintai.







"Ada CCTV juga, sehingga memonitor kegiatan jam 10 malam ke atas. Biasanya aktivitas sampai jam setengah 10. Jam 10 malam tidur tidak boleh keluar barak," Wahju membeberkan.

Penjagaan pun tidak sembarangan, STIP melibatkan personel TNI dan Polri. Ada 12 orang setiap malamnya menjaga STIP.

"Saya juga ingin tahu peristiwa sebenarnya. Ini dimana lolosnya," ujar dia.

Wahju mengatakan, korban Amirullah adalah taruna yang baru saja mengenyam pendidikan di STIP sejak September 2016. Diduga, penganiayaan sendiri merupakan tradisi marching band di STIP.

"Tapi menurut teman-teman korban, mereka ada hubungan peralihan pemain drum band dari kakak kepada adiknya. Ini kita perlu teliti lebih lanjut," ujar Wahju.